Menelusup lebih dalam dunia arsitektur, di
mana perkotaan merupakan salah satu wilayah terbesar dalam perkembangan
pembangunan arsitektur, tentunya harus memahami terlebih dahulu hubungan antara manusia dan kota. Sebenarnya
bagi sebagian manusia, hal ini dianggap sepele dan bukan sesuatu yang harus
diperhatikan. Karena semakin berkembangnya zaman, semakin banyak manusia yang
hanya mendahulukan segala sesuatu untuk mencapai kepuasannya dengan
menghalalkan segala cara tanpa melihat kondisi sekitarnya yang seharusnya
mendapatkan perhatian dari manusia itu sendiri.
Manusia dan kota dapat dikatakan sebagai
dua bagian yang hidup dalam lingkungan. Oleh karena itu kedua bagian ini pastinya
harus saling bekerja sama untuk menjadikan tempat hidupnya layak dan memiliki
feedback untuk kelangsungan hidupnya. Namun apakah yang terjadi saat ini?
Banyak dari sebagian manusia yang tidak lagi menganggap kota sebagai rekan
kerjasamanya untuk membangun lingkungan. Bagaimanapun caranya kota diatur
sedemikian rupa sesuai keinginan manusia itu sendiri tanpa melihat apa sebenarnya
yang dibutuhkan kota.
Anggaplah kota seperti manusia. Manusia
memiliki paru-paru yang berperan sebagai penyuplai oksigen untuk tubuh (Sumber
: Pengetahuan IPA). Begitupun kota, kota juga memiliki paru-paru yang berperan
sebagai produsen oksigen bagi kehidupan manusia (Sumber : Fungsi Ruang Terbuka
Hijau). Di mana setiap 1 hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu
menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1500 penduduk perhari, menjadikan
dapat bernafas dengan lega. Sadarkah manusia-manusia itu bahwa kota membutuhkan
paru-parunya tetap terjaga? Padahal bila manusia menjaga paru-paru kota, kota
akan memberikan timbal balik untuk kehidupannya.
Harus diketahui bahwa semua bidang kehidupan
harus mengarah terhadap kelestarian lingkungan. Manusia dan kota harus saling
bekerjasama untuk satu tujuan tersebut. Arsitektur berbasis lingkungan dapat
menjadi salah satu jawaban upaya untuk menjalin kerjasama dengan kota. Pembangunan-pembangunan
yang hanya memperhatikan sisi fungsional terhadap manusia saja, dapat
diminimalisir dengan melakukan pembangunan-pembangunan yang memperhatikan sisi
fungsional terhadap manusia dan kota. Sehingga harmonisasi yang baik antara
manusia dan kota terhadap lingkungannya dapat terlaksana dan saling memberi
timbal balik yang sesuai. Sudah bukan zamannya lagi manusia hanya memanfaatkan
kota dan lingkungannya, tetapi sekaranglah saatnya manusia memberikan manfaat
untuk kota dan lingkungannya.
No comments:
Post a Comment