Saturday, February 7, 2015

Kritik Normatif (Metoda Tipikal)

Kritik normatif (metoda tipikal) merupakan suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.

Objek kritik normatif (metoda tipikal) yang saya gunakan adalah Teater 4 Dimensi Taman Mini Indonesia Indah, di mana objek ini termasuk salah satu tempat pemutaran film yang memiliki beberapa karakteristik yang hampir sama atau mirip dengan tempat-tempat pemutaran film lainnya.

Di Teater 4 Dimensi yang dipersembahkan oleh Mahaka 4D Theater ini dapat menikmati film 4 dimensi dan efek-efek seperti bubble, hembusan angin dan sound system surround. Sensasi tersebut dapat dirasakan dalam film yang bertajuk lingkungan, persahabatan, kepahlawanan dan film lainnya yang mengandung unsur edukasi. 4D merupakan terobosan terbaru dari dunia film, yang tidak berbeda jauh dengan 3D. Namun, dalam menonton film 4D tidak memerlukan lagi alat bantu seperti kacamata ketika menonton film 3D, 4D juga akan memberikan efek yang dapat dirasakan sama seperti tokoh film yang sedang di tonton. Jadi, secara langsung penonton ikut terlibat dalam film yang ditonton.

Lokasi Teater 4 Dimensi berada di sebelah barat miniatur pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.


Teater 4 Dimensi ini termasuk salah satu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemutaran film dan memiliki model rancang karakteristik yang memiliki beberapa keterkaitan dan kemiripan dengan bangunan tempat peutaran film lainnya. Berikut adalah spesifikasi tempat pemutaran film 4 Dimensi :
  • Bentuk ruangan yang digunakan  adalah bentuk trapesium/kipas (fan shape), hal ini dikarenakan dapat menampung penonton dalam jumlah banyak, di samping itu juga menyediakan sudut pandang yang maksimum bagi penonton. Sehingga penonton akan merasakan berbagai efek pemutaran film dengan baik.
  • Untuk ukuran layar termasuk dalam kategori layar Sinema Scope (1:2,34) dan memiliki jarak pandang sejauh 4 meter.
  • Memiliki sudut kemiringan sebesar 10˚. Dalam keadaan sudut kemiringan ini termasuk landai.
  • Seluruh objek pemutaran film hampir memiliki sudut pandang penonton yang sama pada baris pertama 30o, tengah 60o dan terakhir 110o.
  • Kapasitas penonton sama seperti pemutaran film 2D yaitu termasuk kelompok kapasitas kecil yaitu kurang dari 400 kursi, dan hanya terdiri dari satu kelas penonton.
  • Seluruh objek pemutaran film hampir memiliki karakteristik yang sama pada jenis sirkulasi penontonnya, yaitu sirkulasi linier.
  • Menggunakan 2 buah proyektor Stereoscopic.
  • Real effect yang muncul adalah gambar objek pada film seakan muncul keluar layar dan melayang di hadapan penonton, getaran, angin, flash, bubble dan air.
  • Sistem komputerisasi khusus yaitu suatu sistem komputerisasi terintegrasi yang dapat menghubungkan antara film dengan seluruh elemen real effect yang ada selama pemutaran film berlangsung.
  • Sound system teater 4D terdiri dari multi channel surround sound system 5.1 sistem menyediakan suara untuk meningkatkan efek suara lingkungan.
  • Untuk material pelapis dinding, lantai dan plafonnya semua menggunakan karpet.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indah
Ferrani dan Mustika, 2015. Penelitian Arsitektur, Karakteristik Tempat Pemutaran Film 2D, 3D dan 4D. Universitas Gunadarma

No comments:

Post a Comment