Saturday, February 7, 2015

Kritik Deskriptif (Secara Prosedural)

Kritik deskriptif (secara prosedural) merupakan suatu bentuk Depictive Critisism yang menginformasikan kepada kita tentang bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.
·         Kapan bangunan direncanakan
·         Bagaimana perubahannya
·         Bagaimana ia diperbaiki
·         Bagaimana proses pembentukannya

Objek kritik deskriptif (secara prosedural) yang saya gunakan adalah Teater IMAX Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah, di mana pada tugas ini akan dideskripsikan mulai dari perencanaan hingga pengembangan yang terjadi pada objek ini.

Teater IMAX Keong Emas didirikan atas prakarsa Almarhumah Ibu Hj. Tien Soeharto dan mulai dioperasikan pada tanggal 20 April 1984 yang dimaksudkan sebagai sarana rekreasi yang mendidik guna memperkenalkan kekayaan alam dan budaya bangsa melalui tayangan film (audio visual) layar raksasa dengan menggunakan kecanggihan teknologi sinematografi modem Proyektor IMAX dengan memutar film “Indonesia Indah”. Dalam perkembangan selanjutnya pemutaran film di Teater IMAX Keong Emas tidak hanya menampilkan film-film seri Indonesia Indah saja, namun juga diselingi dengan memutar film-film import yang bernuansa pendidikan dengan tema-tema hiburan, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun tema-tema lingkungan hidup.

Bangunan ini memiliki permukaan lengkung dan menggunakan pondasi tiang pancang beton prategang lalu dihubungkan oleh ring, sehingga sangat kuat untuk menahan gempa. Sedangkan untuk kubah yang menjulang tinggi dan berbentuk setengah lingkaran itu menggunakan sistem struktur cangkang.

Lokasi
Teater IMAX keong Emas berada di area Taman Mini Indonesia Indah sebelah selatan Plaza Tugu Api Pancasila, dengan batas-batas:
Sebelah Utara      : Parkir selatan TMII
Sebelah Barat      : Museum Olahraga TMII
Sebelah Selatan   : Raya Hankam
Sebelah Timur      : Taman Bunga Keong Emas TMII


Luas Lahan dan Bangunan
Area keseluruhan Teater IMAX Keong Emas seluas 4,4 ha yang diperuntukkan:
1.    Bangunan, meliputi:
·         Gedung teater
·         Gedung kantor
·         Gedung toilet umum
·         Gedung (untuk ruang makan dan mushola) karyawan
·         Power house
2.    Area Parkir Kendaraan, berkapasitas:
·         235 kendaraan sedan/minibus
·         24 kendaraan bus/microbus
3.    Taman, meliputi:
·         Taman bagian depan, sebagai penunjang keindahan
·         Taman bagian samping dan belakang, berupa tanaman keras (pohon) sebagai perindang

Jenis dan Jumlah Film
1.    Film Seri Indonesia Indah (milik Teater IMAX Keong Emas), terdiri dari:
·         Indonesia Indah I
·         Indonesia Indah II (Anak-anak Indonesia)
·         Indonesia Indah III (Indonesia Untaian Manikam di Khatulistiwa)
·         Indonesia Indah IV (Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia)
2.     Film Import
Teater IMAX Keong Emas sejak 1984 sampai dengan saat ini telah menyewa dan memutar film import sebanyak 21 judul fim, dengan masa sewa antara 1 tahun hingga 2 tahun. Film import terbaru yang disewa berjudul “Journey to Mecca” dengan masa sewa 1 tahun.
Film-film import yang pernah disewa dan diputar di Teater IMAX Keong Emas sejak 1984 sampai 2006 ini, antara lain:

·         To Fly                                                                       
·         Speed
·         The Dream is Alive
·         Blue Planet
·         To The Limit
·         Beavers
·         The First Emperor of China
·         The Secret of Life on Earth
·         Mexico
·         The Living Sea
·         Island Adventure
·         T-Rex: Back to The Cretaceous (Dinosaurus)
·         Adrenaline Rush
·         Special Effects
·         Forces of Nature
·         Harry Potter and The Prisoner of Azzkaban
·         Spiderman 2
·         Mystic India
·         Superman Return
·         Dinosaurus Giants of Pat Wild Ocean
Adapun film import yang saat ini masih diputar di Teater IMAX Keong Emas, antara lain:
·         Journey to Mecca
·         Star Trex

Peralatan dan Sarana Utama Kegiatan
Peralatan dan sarana utama kegiatan untuk kegiatan pertunjukan pemutaran film, antara lain:
·         Gedung teater dengan daya tampung tempat duduk kelas ekonomi 920 orang, dan 36 orang penonton kelas VIP/balkon
·         Proyekor IMAX dengan format film 70 min, sound system Sonics yang dapat dioperasikan dengan 2 sistem (Maghnatech dan Digital cd)
·         Layar dengan ukuran 21,5 meter x 29,3 meter
·         Tenaga Listrik
·         Mesin tata udara (AC)
·         Tersedianya air

Sumber :
Ferrani dan Mustika, 2015. Penelitian Arsitektur, Karakteristik Tempat Pemutaran Film 2D, 3D dan 4D. Universitas Gunadarma

Kritik Normatif (Metoda Tipikal)

Kritik normatif (metoda tipikal) merupakan suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.

Objek kritik normatif (metoda tipikal) yang saya gunakan adalah Teater 4 Dimensi Taman Mini Indonesia Indah, di mana objek ini termasuk salah satu tempat pemutaran film yang memiliki beberapa karakteristik yang hampir sama atau mirip dengan tempat-tempat pemutaran film lainnya.

Di Teater 4 Dimensi yang dipersembahkan oleh Mahaka 4D Theater ini dapat menikmati film 4 dimensi dan efek-efek seperti bubble, hembusan angin dan sound system surround. Sensasi tersebut dapat dirasakan dalam film yang bertajuk lingkungan, persahabatan, kepahlawanan dan film lainnya yang mengandung unsur edukasi. 4D merupakan terobosan terbaru dari dunia film, yang tidak berbeda jauh dengan 3D. Namun, dalam menonton film 4D tidak memerlukan lagi alat bantu seperti kacamata ketika menonton film 3D, 4D juga akan memberikan efek yang dapat dirasakan sama seperti tokoh film yang sedang di tonton. Jadi, secara langsung penonton ikut terlibat dalam film yang ditonton.

Lokasi Teater 4 Dimensi berada di sebelah barat miniatur pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.


Teater 4 Dimensi ini termasuk salah satu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemutaran film dan memiliki model rancang karakteristik yang memiliki beberapa keterkaitan dan kemiripan dengan bangunan tempat peutaran film lainnya. Berikut adalah spesifikasi tempat pemutaran film 4 Dimensi :
  • Bentuk ruangan yang digunakan  adalah bentuk trapesium/kipas (fan shape), hal ini dikarenakan dapat menampung penonton dalam jumlah banyak, di samping itu juga menyediakan sudut pandang yang maksimum bagi penonton. Sehingga penonton akan merasakan berbagai efek pemutaran film dengan baik.
  • Untuk ukuran layar termasuk dalam kategori layar Sinema Scope (1:2,34) dan memiliki jarak pandang sejauh 4 meter.
  • Memiliki sudut kemiringan sebesar 10˚. Dalam keadaan sudut kemiringan ini termasuk landai.
  • Seluruh objek pemutaran film hampir memiliki sudut pandang penonton yang sama pada baris pertama 30o, tengah 60o dan terakhir 110o.
  • Kapasitas penonton sama seperti pemutaran film 2D yaitu termasuk kelompok kapasitas kecil yaitu kurang dari 400 kursi, dan hanya terdiri dari satu kelas penonton.
  • Seluruh objek pemutaran film hampir memiliki karakteristik yang sama pada jenis sirkulasi penontonnya, yaitu sirkulasi linier.
  • Menggunakan 2 buah proyektor Stereoscopic.
  • Real effect yang muncul adalah gambar objek pada film seakan muncul keluar layar dan melayang di hadapan penonton, getaran, angin, flash, bubble dan air.
  • Sistem komputerisasi khusus yaitu suatu sistem komputerisasi terintegrasi yang dapat menghubungkan antara film dengan seluruh elemen real effect yang ada selama pemutaran film berlangsung.
  • Sound system teater 4D terdiri dari multi channel surround sound system 5.1 sistem menyediakan suara untuk meningkatkan efek suara lingkungan.
  • Untuk material pelapis dinding, lantai dan plafonnya semua menggunakan karpet.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indah
Ferrani dan Mustika, 2015. Penelitian Arsitektur, Karakteristik Tempat Pemutaran Film 2D, 3D dan 4D. Universitas Gunadarma