A. Manusia
Dalam ilmu
eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang
membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia),
manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu
sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika), manusia merupakan
makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi). Dalam
ilmu-ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik)
makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat), dan lain
sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan
untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, yaitu :
- Manusia terdiri dari empat unsur terkait, yaitu : jasad, hayat, ruh, nafas.
- Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
·
Id, merupakan libido
murni atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan
terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses
ketidaksadaran (unconcious). Terkurung dari realitas dan pengaruh sosial, Id
diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasan instingsual libidinal yang
harus dipenuhi baik secara langsung melalui pengalaman seksual, atau tidak
langsung melalui mimpi atau khayalan.
·
Ego, merupakan
bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id,
seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam
menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh
orang lain.
·
Superego, merupakan
kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang
mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi
dari pandangan-pandangan orang tua.
B.
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislow Malinowski
berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Upacara kedewasaan dari suku WaYao di
Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
C.
Kaitan Manusia dengan Kebudayaan
Manusia sebagai perilaku kebudayaan
Kebudayaan merupakan objek yang
dilaksanakan manusia
Dalam sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dengannya. Tmpak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu
kesatuan.
Kebudayaan itu ibaratnya seperti ciri khas dari
manusia yang menggunakan kebudayaan tersebut. Banyak sekali kebudayaan di
negara Indonesia tercinta kita ini, salah satunya adalah seperti kebudayaan
Jawa, dan masih banyak lagi.
Hakikat manusia dalam melestarikan dan menjaga
kebudayaan adalah suatu keharusan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan
lainnya. Kita harus menjaga keaslian budaya kita karena kebudayaan tersebut
merupakan warisan dari nenek moyang kita dahulu. Namun akhir-akhir ini, kita
pasti sudah tahu kalau banyak dari kebudayaan di negara kita ini telah
terpengaruh oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ya, itu benar.
Ini merupakan efek dari arus globalisasi yang sangat kencang sehingga banyak
kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bebas keluar masuk ke dalam negara kita
ini sehingga kebudayaan kita agak sedikit ‘terpengaruh’ oleh kebudayaan luar,
khususnya kebudayaan barat. Ini merupakan kelalaian masyarakat sekarang yang
tidak mampu menjaga keaslian budaya itu merupakan warisan dari nenek moyang
kita terdahulu. Tapi ini sudah terlambat untuk diatasi. Mengapa? Ibaratnya itu
kita seperti berjalan melawan arus yang sangat kencang, seperti itulah yang
masyarakat kita sedang alami. Mereka tidak mempersiapkan pertahanan untuk
melawan arus kencang tersebut. Bahkan mereka mulai mengikuti arah arus
tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena jika ini dibiarkan terus maka kebudayaan
asli kita akan perlahan-lahan hilang. Tidakkah kita berpikir, bagaimana dengan
anak cucu kita kelak yang akan mewariskan kebudayaan kita, sedangkan
kebudayaannya itu sudah ‘tercemar’ oleh kebudayaan asing atau luar? Apakah
mereka akan bangga dengan kebudayaannya itu? Sungguh ironis memang.
Jadi kesimpulan dari uraian di atas adalah kaitan
manusia dan kebudayaan sangatlah erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil
karya cipta dan karsa dari manusia itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat
mengatur kehidupan manusia untuk hidup bersosialisasi dengan manusia lain di
sekitarnya. Dan kebudayaan dapat hilang karena masuknya budaya lain. Oleh sebab
itu, banyak suku lain menolak kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak
kebudayaan yang mereka anut sejak jaman dahulu.
Sumber :
http://zahidb.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-kebudayaan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/03/kaitan-manusia-dan-kebudayaan/
http://vaisal.wordpress.com/2011/03/09/hubungan-manusia-dan-kebudayaan/
http://zhainal99.blogspot.com/2012/03/kaitan-manusia-dengan-kebudayaan.html