Thursday, July 9, 2015

Langgam Arsitektur Neo Klasik pada Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta


Sumber : Google Image

Gedung-gedung neo klasik memiliki banyak (meskipun tidak selalu semua) fitur atau ciri-ciri ini:

-Bentuk simetris

-Tiang tinggi kolom yang menjulang sampai atap bangunan

-Pedimen segitiga

-Atap berkubah


Permulaan Arsitektur Neo Klasik

Pada tahun 1563, arsitek Renaissance Giacomo da Vignola membeberkan prinsip-prinsip arsitektur klasik di sebuah risalah berjudul The Five Orders of Architecture. Beberapa tahun kemudian, arsitek Renaissance lainnya, Andrea Palladio, menggambarkan pendekatan miliknya sendiri untuk arsitektur Klasik di The Four Books of Architecture.

Buku-buku ini secara luas diterjemahkan dan menginspirasi pembangun diseluruh Eropa barat. Pada tahun 1700, arsitek Eropa berpaling dari gaya rumit Baroque dan Rococo dam lebih memilih pendekatan neoklasik terkendali. Pada akhir 1700-an dan awal 1800-an, Amerika Serikat yang baru terbentuk juga menggunakan gaya-gaya klasik untuk membangun gedung-gedung pemerintahan yang megah dan rumah-rumah pribadi dengan ukuran lebih kecil.

Sumber :




Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta
Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015
 
Berdasarkan sejarah arsitektur Neo Klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa :


Museum Seni Rupa dan Keramik menerapkan langgam arsitektur Neo Klasik


Secara lebih spesifik, langgam Neo Klasik pada bangunan ini termasuk tipologi :

1.Arsitektur Prancis - Neo-palladian Style, dan

2.Arsitektur Amerika - Jeffersonian Style


Secara garis besar, gedung-gedung neo klasik memiliki banyak (meskipun tidak selalu semua) fitur atau ciri-ciri ini:

-Bentuk simetris

-Tiang tinggi kolom yang menjulang sampai atap bangunan

-Pedimen segitiga



Menurut ahli bangunan bersejarah, Handinoto, ciri-ciri bangunan neo klasik melihat dari bangunan karya Herman Willem Daendels (salah satu tokoh yang mengenalkan gaya neo klasik), di antaranya :

-Pada penataan ruang, bentuknya selalu simetris

-Dinding dibuat dengan ukuran tebal

-Plafon atau langit-langit memiliki ukuran yang tinggi

-Lantai menggunakan bahan dari marmer

-Ruang yang ada di bagian tengah dinamakan dengan central room dan selalu berhubungan langsung dengan teras depan maupun belakang

-Di halaman depan yang luas dilengkapi dengan jalan yang bentuknya melingkar





Ciri-ciri di atas dapat ditemukan pada bangunan

Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

Sumber : Data Survey Kelompok, diambil pada tanggal 17 Juni 2015

 
Secara lebih spesifik, langgam Neo Klasik pada bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik termasuk tipologi :

1.Arsitektur Prancis - Neo-palladian Style, dan

2.Arsitektur Amerika - Jeffersonian Style

1 – Arsitektur Prancis – Neo-palladian Style
Bentuk bangunan mengikuti arsitektur klasik yang melebar bahkan memiliki 'sayap' dengan kepala bangunan di tengah tidak seperti bangunan klasik pada umumnya yang memanjang dengan kepala bangunan di depan dan arsitektur neo-klasik ini memakai bentuk palladian namun dibumbui dengan kosakata arsitektur baru sehingga menjadi langgam baru (neo-palladian).

Ciri-ciri di atas dapat ditemukan pada bangunan

Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta.



 
 Sumber : Google Image

2 – Arsitektur Amerika – Jeffersonian Style
Mengadopsi arsitektur neo-klasik classical revival namun menjadi gaya arsitektur sendiri dengan ciri khasnya dan kelak akan banyak mempengaruhi gaya yang berkembang selanjutnya yakni federal style.

Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki kemiripan pada perletakan bangunan tengah, kolom-kolom dan sayap kiri kanannya.